Oleh Subhan Salim (Ketua YMI Cirebon)
Di Zaman Khalifah Umar bin Khattab ada seorang gubernur di Syam yang bernama Said bin Amir Al-Jumahy. Beliau di kenal sebagai seorang sahaabat yang zuhud dan sholeh. Said bin Amir di tunjuk sang Khalifah untuk menjadi gubernur di kota Hims, kota ini merupakan kota metropolis karena masyarakatnya di kenal kritis dan berperadaban maju.
Cukup mengejutkan sebenarnya, Khalifah Umar menunjuk Gubernur yang namanya tak begitu populer. Tak seharum sahabat lainnya tetapi ia termasuk sahabat Rasulullah yang mulia.
Ketika di angkat menjadi Gubernur Hims, Said baru saja menikah. Ia dan istrinya berangkat ke kota Hims dengan kezuhudannya. Walaupun punya perbekalan yang banyak, Said dan istrinya memakai perbekalan secukupnya. Selebihnya ia sedekahkan. Ia hanya mengambil gaji untuk biaya kebutuhan pribadi secukupnya.
Suatu ketika Umar berkunjung kota Hims untuk mengetahui gambaran tentang sikap masyarakat terhadap gubernurnya. Umar mengumpulkan beberapa masyarakat kemudian mereka di tanya tentang kinerja sang gubernur. Dari keterangan masyarakat di dapat informasi tentang kelemahan gubernur.
Pertama, kebiasaannya baru keluar menemui dan melayani rakyat setelah agak siang.
Kedua, ia tidak mau menerima rakyatnya yang ingin menghadap di waktu malam.
Ketiga, setiap bulan, mesti ada satu atau dua hari dia tidak masuk kerja bahkan ia tidak mau menemui siapapun.
Keempat, ia sering jatuh pingsan tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya.
Umar pun tidak begitu saja menerima keluhan msyarakat. Ia langung klarifikasi kepada Said bin Amir.
Secara lugas Said menjelaskan tuduhan masyarakat walaupun ia sendiri tidak ingin menceritakannya tetapi ini harus disampaikan.
Tuduhan pertama Said tidak mempunyai seorang pembantu oleh karena itu ia harus mengaduk tepung untuk membikin roti sendiri. Setelah melakukan pekerjaan itu ia berwudhu dan melaksanakan sholat Dhuha. Setelah itu baru bisa menemui masyarakat.
Tentang permasalahan yang kedua, Said mengungkapkan bahwa ia membagi waktu setiap harinya, siang untuk melayani masyarakat dan waktu malam untuk beribadah kepada Allah SWT.
Terkait tuduhan yang ketiga. Seperti yang sudah diketahui bahwa Said tidak mempunyai pembantu sehingga dia mencuci pakaian dia dan istrinya. Ia pun tidak mempunyai pakaian pengganti sehingga ia tidak mau menemui masyarakat sampai pakaiannya kering.
Persoalan yang keempat, dahulu Said pernah menyaksikan tubuh Khubaib bin Adi Al-Anshari dicincang orang Quraisy sampai meninggal, tetapi ia hanya terdiam dan tidak melakukan apa-apa. Setiap kali teringat peristiwa itu tubuhnya bergetar, gemetar karena takut azab Allah hingga jatuh pingsan.
Mendengar penuturan Said tersebut, Umar tak kuasa menahan haru. Ia pun berseru meluapkan kegembiraanya "Alhamdulillah, karena taufik-Nya semata, firasatku tidak meleset."
Dari kisah di atas, menjadi pelajaran bagi kita bahwa sangat-sangat patut ditiru oleh pemimpin zaman now, tentang kemegahan duniawi tidak menggoyahkan keimanan dan ketaqwaannya. Apa yang di tampilkan Said merupakan refleksi kesadaran seseorang terhadap eksistensi dirinya, tugasnya menjadi khalifah di dunia dan kemana nantinya ia akan kembali.
Jika pemimpin zaman now sadar akan eksistensi dirinya dan tugasnya, maka tidak akan bergeser dari jalan kebenaran walaupun berlimpah harta dan jabatan.#
Bersama YMI
Menyekolahkan Anak Yatim di Pelosok Desa
Ayo Jadi Orang Tua Asuh
CP.0812.881.50.526 (WA)
0 Response to "Said bin Amir, Teladan bagi Pemimpin Zaman Now"
Post a Comment