Ketika pagi itu datang status itupun ada. Siswa, hanya ditambah kata "maha," selesai. Dengan jargon-jargon dan teriakan melolong seperti mau perang, aula itupun diguncangkan. Gemanya memang menggetarkan, tapi entah, apakah itu hanya sebuah ritual, atau semacam password saja untuk menyatakan bahwa, "Ini dia yang namanya mahasiswa?"
Aku MAHASISWA dan bingung.
Seperti biasa, dimanapun ketika awal bertemu, pastilah kakakku itu mementingkan penampilan di awal. Segala hal yang bagus dan nampak bijak ditunjukkan, dengan sedikit senyum tergurat, dan mata yang melotot. "Kalian, mahasiswa?" teriaknya. Dia lah mahasiswa sejati, menurut bahasa tubuhnya. Dia lah yang patut dicontoh, patut dihormati dan dihargai. Memang, aku terkesima. Namun rasa itu menghilang seketika saat aku melihat mereka yang kembali pada diri mereka yang sebenarnya. Terlihat condong ke brutal. Dalam benakku.
Aku diberikan tentang tontonan yang menggugah perasaan kemarin itu, tentang perjuangan mahasiswa yang turun ke jalan, yang mengguncang dunia dengan teriakan pro rakyat. Aku kagum, tapi itu dulu, dulu sekali. Sekarang ? entahlah. Aku pun tidak tahu. Teriakan itu seakan-akan mati dikalang tanah, tergusur oleh "Kemapanan yang dimapan-mapankan."
Ya, mahasiswa sekarang sudah kaya, bukan? Tongkrongannya mall, uang jajannya pun banyak, laptop bagus, pacar pun oke. Lalu, apa lagi yang patut "diperjuangkan" sih?
Ya, mahasiswa sekarang sudah kaya, bukan? Tongkrongannya mall, uang jajannya pun banyak, laptop bagus, pacar pun oke. Lalu, apa lagi yang patut "diperjuangkan" sih?
Mahasiswa macam aku ini seperti menelan ludah sendiri. Katanya, mahasiswa itu memperjuangkan rakyat kecil yang sengsara, tapi kenapa aku khianati dengan perbuatan hedon seperti ini. Dan dalam obrolanku selalu saja menjelek-jelekan pemerintah, mengejek anggota dewan yang korup dan memberi branded semua kebiasaan buruk dengan kata "BUDAYA BANGSA."
Aku ini mahasiswa, sepatutnya sudah berpikiran dewasa, dan mau mengerti tentang kondisi bangsa ini. Bangsa ini membutuhkanku, membutuhkan kita. Aku yakin, banyak orang baik disekitar sana yang masih peduli kemajuan bangsa, yang concern akan profesionalitasnya demi bangsa apapun pekerjaannya. Figur itu ada, dan mestinya aku tiru.
Aku mahasiswa. Kembali tersadar.
Apa mimpiku untuk bangsa? pertanyaan yang tidak perlu dijawab. Aku sadar, tak ada yang besar jika tidak dimulai dari yang kecil. Aku tersadar bahwa aku belum melakukan apa-apa. Oh tuhan, apa gunanya status mahasiswaku ini ? terbayang wajah orang tuaku yang di kampung halaman, menunggu disana sambil berharap cemas akan anaknya ini, berharap akan lebih sukses darinya, dan berharap akan pulang ke kampung halaman dengan sejuta karya. Tapi, apa yang sudah ku perbuat?
Bahwa tugas menjadi mahasiswa begitu potensial untuk memajukan bangsa. Mahasiswa yang sejati adalah yang kritis, berani dan peduli. Beberapa waktu di belakang, mahasiswa terbaik sudah memberikan dirinya untuk bangsa, rela gugur demi sebuah perjuangan. Kini, akulah yang menjadi tumpuan selanjutnya, tumpuan para bapak pembangun yang telah rela berpeluh dan berjuang demi bangsa... Untuk orang tuaku yang telah melahirkanku dan mendidikku... juga seluruh orang yang berjasa dalam hidupku... Lalu, apa yang harus aku lakukan? Mungkin mulai memperbaiki diri sendiri.#
Bersama Gen Muda YMI
Memahat Peradaban dengan Menulis
Bersama Gen Muda YMI
Memahat Peradaban dengan Menulis
0 Response to "Aku Mahasiswa "
Post a Comment