Serial
Khutbah Jumat
Ketua
Umum YMI
Rangkuman
Khutbah Jumat, 12 Rabiul Awal 1439 H
Ba’da
Tahmid dan Shalawat
Jamaah
Sidang Jumat yang Berbahagia
Hari
ini, 12 Rabiul Awal 1439 H. Tepat hari ini, 14 abad yang lalu lahir seorang
manusia pilihan Allah SWT, manusia terbaik hingga akhir zaman. Muhammad SAW,
lahir 1446 tahun yang lalu (dihitung berdasarkan tahun masehi, yaitu 2017
dikurangi 571), membawa ajaran Islam hingga bisa dinikmati seluruh dunia. Hari
ini, saat ini, ajaran Islam bisa kita nikmati.
Ini
perlu kita sadari bahwa nikmat Islam adalah salah satu nikmat terindah yang
Allah SWT berikan kepada kita. Tak semua manusia diberikan nikmat Islam ini
oleh Allah SWT. Nikmat Islam itulah yang pertama kali dibawa Rasulullah SAW,
tersebar ke berbagai penjuru dunia, dan terus bertahan selama ribuan tahun,
hingga saat ini, bahkan hingga hari kiamat kelak.
Tak
ada peradaban yang mampu bertahan ribuan tahun sebagaimana peradaban Islam.
Sejarah Peradaban Yunani dan Peradaban Cina Kuno, tak lama bertahan, lalu
hancur. Sesaat lagi kita juga akan melihat kehancuran peradaban Barat dan
Amerika.
Jamaah
Sidang Jumat yang Berbahagia
Sebagai
rasa syukur atas nikmat Islam itu, kita perlu memanfaatkan momentum 12 Rabiul
Awal ini untuk mengingatkan umat Islam, agar terus meneladani Rasulullah SAW.
Kepribadiannya, perkataannya dan perbuatannya, adalah uswah (tauladan) yang
harus diikuti. “Taati Allah, dan Taati Rasulullah….” (QS. An-Nisa : 59).
Jadi
bukan hanya perkataannya saja, namun perbuatan Rasulullah SAW juga menjadi
hadits yang harus diikuti, dijadikan contoh dan tauladan. Karena itulah Allah
SWT menjaga Rasulullah SAW dari perbuatan dosa, atau yang disebut maksum. Saat
Rasulullah SAW berada pada situas yang mengarah kepada dosa,
langsung Allah SWT sendiri yang memperingatkannya.
Ini
setidaknya dikisahkan dalam Al-Qur’an surat ‘Abasa dan surat At-Tahrim. Saat itu
Rasulullah SAW sedang berdialog dengan tokoh-tokoh Quraisy dan beliau SAW mengharapkan
keislaman mereka.
Lalu
tiba-tiba datang Ibnu Ummi Maktum yang bertanya kepada Rasulullah SAW, dan
mengulang-ulang pertanyaannya. Rasulullah SAW pun tidak memperhatikannya dan
berpaling, lalu bermuka masam. Turunlah ayat, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan
berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya, Tahukah kamu barangkali
dia ingin membersihkan dirinya (dari dosa)? Atau dia (ingin) mendapatkan
pengajaran, lalu pengajaran itu bermanfaat kepadanya? Adapun orang yang merasa
dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.” (QS. ‘Abasa : 1-6).
Disini
Allah SWT langsung menegur Rasulullah SAW sehingga terjaminlah beliau SAW dari
perbuatan dosa akibat salah memilih. Mana yang lebih prioritas, seorang buta
yang ingin mendapat pengajaran, atau para tokoh Quraisy yang belum tentu mau
beriman, yang Rasulullah SAW sangat mengharapkan keislaman mereka. Maka Allah
SWT pun berfirman, “Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia (para tokoh
Quraisy) tidak membersihkan diri (tidak beriman).” (QS. ‘Abasa : 7)
Demikian
juga di surat At-Tahrim, tatkala Rasulullah SAW hendak mengharamkan madu.
Dikisahkan Rasulullah tinggal sesaat di rumah istrinya Zainab binti Jahsy,
beliau minum madu disana. Lalu Aisyah dan Hafsah (karena cemburu) bersepakat
bahwa bila Rasulullah SAW datang kepada salah seorang diantara mereka, maka
Rasulullah SAW akan dibilang bau mughfur (cairan yang menyerupai lem).
Akibat
perbuatan Aisyah dan Hafsah itu (Rasulullah SAW disebut mulutnya bau mughfur),
kemudian Rasulullah SAW mengatakan “Tidak akan meminum madu lagi.” Lalu turunlah
ayat “Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu, kamu
mencari kesenangan hati istri-istrimu?...” (QS. At-Tahrim : 1).
Itulah
mengapa setiap perbuatan Rasulullah SAW wajib menjadi contoh bagi umat Islam,
karena tak ada dosa dalam perbuatan Rasulullah SAW, setiap berada pada situasi mengarah kepada
dosa, Allah SWT langsung menegurnya.
Jamaah
Sidang Jumat yang Berbahagia
12
Rabiul Awal, adalah momentum berharga bagi kita untuk menyegarkan kembali
perbuatan kita agar meneladani dan mengikuti jejak Rasulullah SAW. Jangan
jadikan momen ini untuk saling tuding bid’ah (melakukan perbuatan yang tidak
dilakukan Rasulullah SAW). Ketika ada seorang menuding muslim lainnya
melaksanakan bid’ah, berarti orang itu telah melakukan bid’ah. Kenapa? Karena Rasulullah
SAW tidak pernah menuding kaum muslimin melakukan bid’ah. Bahkan Bilal bin
Rabbah yang melakukan perbuatan yang tidak pernah dilakukan Rasulullah SAW
(yaitu senantiasa berwudhu, bila batal wudhu maka Bilal langsung wudhu
kembali), Rasulullah SAW tidak menyatakan Bilal melakukan bid’ah, malah
membenarkan Bilal. Sandal Bilal pun terdengar di Syurga karena ibadah wudhunya
itu.
12
Rabiul Awal, bagi yang memperingatinya lewat program Maulid, tentu tak pantas
bila sekedar perayaan, seremoni, atau makan-makan saja. Karena esensinya adalah
meneladani Rasulullah SAW, maka syiarkanlah keistimewaan sifat-sifat Rasulullah
SAW, ikutilah perbuatannya dan taatilah perkataannya.
Bagi
yang tidak memperingatinya, tetaplah jadikan momentum 12 Rabiul Awal ini untuk
mensyiarkan keistimewaan Rasulullah SAW, dan untuk saling mengingatkan akan keutamaan
meneladani Rasulullah SAW. Sebuah nasehat akan lebih diingat saat ada momentumnya.
Momentum itu menjadi wasilah (sarana), dan inilah saat yang tepat dengan
memanfaatkan momentum 12 Rabiul Awal untuk mengajak kaum muslimin meneladani
Rasulullah SAW. Wallahu a’lam bishowab.
Barokallahu
lii Walakum.
Adhi
Azfar
Ketua
Umum YMI
0 Response to "12 Rabiul Awal, Tak Sekedar Memperingati, Tapi Teladani Nabi"
Post a Comment