Serial
Khutbah Jumat Ketua Umum YMI
Rangkungan
Khutbah 25 Agustus 2017
OPTIMALKAN
MOMENTUM 10 HARI PERTAMA DZULHIJJAH
Ba’da
Tahmid dan Shalawat
Jamaah
Sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Hari-hari
disekitar hari ini, kita akan menghadapi momentum terbesar dalam hari raya umat
Islam, yaitu hari raya Idul Adha yang jatuh pada hari Jumat 1 September 2017
(sekitar 7 hari lagi). Dengan demikian, hari ini kita berada di 10 hari pertama
di bulan Dzulhijjah. Hari ini kita berada di hari-hari yang disebutkan dalam
Al-Qur’an Surat Al-Fajr ayat 2, dimana
Allah SWT bersumpah “Demi Hari yang Sepuluh.”
Makna
“Hari yang Sepuluh” ini dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, bahwa maksud hari
yang sepuluh tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah.
Sebagaimana juga dikatakan Ibnu Abbas, Ibnu Az-Zubaeir, dan Mujahid. Keutamaan
sepuluh hari ini diungkapkan “Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak ada amal yang lebih afdhol dibanding amal pada hari-hari ini
(sepuluh hari di awal Dzulhijjah). Mereka bertanya, Tidak juga dengan Jihad?
Beliau menjawab, Tidak pula oleh Jihad, kecuali seseorang yang keluar untuk
mengorbankan jiwa dan hartanya lalu dia tidak kembali dengan sesuatu apapun.”
(HR. Bukhari).
Bila
amal-amal pada hari ini begitu afdhol sehingga jihad pun tidak bisa
menggantikannya, maka seharusnya kita memburu amalan-amalan pada hari-hari ini.
Padahal Jihad fii sabilillah adalah aktifitas yang berat bahkan banyak diantara
kaum muslimin membencinya. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padalah ia amat
baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk
bagimu.” (QS. Al-Baqarah : 216). Ayat ini merujuk pada aktifitas jihad, perang
dijalan Allah SWT, dimana banyak kaum muslimin merasakan berat dan letihnya
berperang. Bertarung nyawa, meninggalkan istri dan anak-anak, berjalan jauh,
kurang tidur, beratnya medan perjalanan, kekurangan makanan, adalah hal-hal
yang sering ditemui dalam aktifitas peperangan jihad fii sabilillah.
Oleh
karena itu, bila sedashyat itu keutamaan sepuluh hari pertama Dzulhijjah ini,
tidaklah pantas bila kita tidak mengoptimalkan diri berlomba-lomba mengejar
fadhilah dan kemuliaannya.
Jamaah
Sidang Jumat yang Berbahagia
Apa
saja amalan-amalan yang disunnahkan untuk memburu keutamaan sepuluh hari
Dzulhijjah ini. Yang pertama adalah memperbanyak dzikir dan takbir. Allah SWT
berfirman “…Dan supaya mereka menyebut nama Allah (berdzikir) pada hari-hari
yang telah ditentukan…” (QS. Al-Hajj : 28).
Para
ahli tafsir menafsirkan “Hari-hari yang telah ditentukan” sebagai Hari yang
sepuluh di Bulan Dzulhijjah. Karena itu para ulama menganjurkan untuk memperbanyak
dzikir pada hari-hari tersebut. “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil,
takbir dan tahmid.” (HR. Ahmad).
Imam
Bukhari menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah r.a keluar ke pasar pada
sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun
mengikutinya.
Amalan
kedua untuk mengisi Hari-hari sepuluh pertama Dzulhijjah ini adalah Puasa
Arafah (pada tanggal 9 Dzulhijjah). Dari Qatadah r.a, Nabi SAW ditanya tentang
Puasa Arafah, beliau menjawab “Menghapus dosa tahun lalu dan tahun kemudian.”
(HR. Muslim dan At-Tirmidzi). Tidak ada diantara kita yang terlepas dari dosa,
semua manusia memiliki dosa. Karena itu, kita harus optimalkan diri kita agar
bisa berpuasa di 9 Dzulhijjah untuk menghapus dosa-dosa kita.
Jamaah
Sidang Jumat yang Berbahagia
Aktifitas
berikutnya yang perlu kita optimalkan adalah berqurban. Sebagaimana
diperintahkan Allah SWT dalam surat Al-Kautsar ayat 1 dan 2. “Sesungguhnya Kami
telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak, Maka dirikanlah shalat karena
Rabb-mu dan Berqurbanlah.”
Dalam
surat Al-Kautsar ini Allah SWT menggambarkan kenikmatan-kenikmatan terlebih
dahulu, baru mengeluarkan perintah-Nya. Biasanya dalam beberapa ayat dalam
Al-Qur’an, Allah SWT menyuruh hamba-Nya berbuat kebaikan baru kemudian
menggambarkan kenikmatan yang akan didapatkan. Misalnya menyuruh berzakat,
memerintahkan shaum, baru kemudian menyampaikan kenikmatan yang diperoleh.
Namun
dalam surat Al-Kautsar ini, Allah SWT menggambarkan kenikmatan Kautsar terlebih
dahulu pada ayat pertama. Al-Kautsar sebagai kenikmatan di dunia dan di akhirat
kelak. Dalam tafsir Ibnu Katsir, Al-Kautsar dilukiskan sebagai sungai di
syurga. “Al-Kautsar merupakan suatu sungai di Syurga, kedua tepinya terbuat
dari emas, airnya mengalir diatas mutiara, dan warnanya lebih putih dari susu,
dan lebih manis dari madu.” (HR. Ahmad, dari Ibnu Umar), juga diriwayatkan oleh
At-Tirmidzi, Ibnu Majjah dan Ibnu Abi Hatim.
Dalam
Tafsir Ibnu Katsir, juga dijelaskan tentang tafsir dan makna dari Fasholli Li
Robbika Wanhar (Maka laksanakanlah shalat karena Rabb-Mu dan berqurbanlah),
sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. “Maksudnya, sebagaimana
telah kami berikan nikmat dan kebaikan yang banyak di dunia dan di akhirat,
maka murnikanlah shalatmu (baik yang wajib dan sunnah) dan laksanakan Qurban
karena mengharap ridho Rabb-mu.” Yaitu berqurban atas nama-Nya satu-satunya,
tidak ada sekutu bagi-Nya.
Ibnu
Abbas, Atha, Mujahid, Ikrimah, dan Al-Hasan berkata, “Maksudnya qurban adalah
menyembelih unta dan sejenisnya” (dalam kitab Ath-Thabari). Muhammad bin Ka’ab,
Adh-Dhahhak, Qatadah, Al-Hakam, dan para ulama salaf lainnya juga mengatakan
demikian.
Ada
syarat yang dimunculkan dalam ayat ini (sebagaimana yang dijelaskan dalam
tafsir Ibnu Katsir ini) yaitu syarat berqurban adalah atas niat karena Allah
SWT. Bukan karena untuk menyempurnakan patungan sapi, bukan karena “nggak enak”
melihat yang lain pada qurban, atau hal-hal lain. Namun niatkan karena Allah
SWT semata. Harus dimurnikan dulu niatnya, karena di zaman dulu (dan hingga
sekarang) banyak juga aktifitas qurban tapi untuk sesajen, atau untuk arwah
tertentu. Ini pekerjaan orang-orang musyrik.
Hindari
perkataan-perkataan yang bisa membawa pada aktifitas syirik kecil “Untung ada
ane tuh, kan akhirnya bisa nutupin patungan qurban sapi yang tadinya kurang 2
orang.” Atau kata-kata “Untung ada ane tuh, akhirnya dapat kambing qurban lebih
murah harganya bobotnya juga tinggi.” Namun merujuklah langsung pada niat yang
ikhlas, berqurban semata-mata kerena perintah Allah SWT.
Jamaah Sidang
Jumat yang Berbahagia
Begitu
afdholnya hari-hari yang hadir ditengah sekarang ini. Tidaklah pantas bagi kita
untuk menganggapnya biasa-biasa saja, apalagi meremehkannya. Mari raih
keutamaan sepuluh hari di awal Dzulhijjah ini, optimalkan amal ibadah kita.
Barokallahu
li walakum
Adhi
Azfar, ST, ME
Ketua
Umum YMI
0 Response to "OPTIMALKAN MOMENTUM 10 HARI PERTAMA DZULHIJJAH"
Post a Comment