Serial Khutbah Jumat Ketua
Umum YMI Adhi Azfar
Jum’at, 5 Mei 2017
Ba’da Tahmid dan Shalawat
Jamaah Sidang Jumat yang
Berbahagia
Hari ini kita berada di
tanggal 5 Mei 2017. Pada siang hari ini, umat Islam berkumpul di Masjid
Istiqlal untuk menyalurkan aspirasinya, lalu direncanakan aksi damai menuju
Mahkamah Agung untuk memperjuangkan keadilan dan penegakan hukum di tanah air,
atas kasus penistaan agama.
Aksi damai nahi mungkar yang
disebut aksi 505 ini tentunya untuk menghindari kemungkaran yang lebih besar,
bila pelaku penistaan tidak dihukum, akan memancing perbuatan serupa untuk
menistakan Islam.
Kalimat yang dilontarkan terdakwa penista agama adalah “Jangan mau dibohongi pakai Al-Maidah.” Bila ini tidak diberikan hukuman, maka orang-orang dapat saja berkata “Jangan mau dibohongi pakai Al-Baqarah, pakai At-taubah, dan seterusnya.“ Karena toh tidak ada sanksinya. Na’udzubillah.
Kalimat yang dilontarkan terdakwa penista agama adalah “Jangan mau dibohongi pakai Al-Maidah.” Bila ini tidak diberikan hukuman, maka orang-orang dapat saja berkata “Jangan mau dibohongi pakai Al-Baqarah, pakai At-taubah, dan seterusnya.“ Karena toh tidak ada sanksinya. Na’udzubillah.
Bagi kita yang hadir disini
(di Lenteng Agung), mudah-mudahan selepas Shalat Jumat ini kita dapat
membersamai umat Islam bergabung dalam menyeru kebaikan dan mencegah
kemungkaran, sebagai salah satu kewajiban kita selaku muslim.
Aktifitas yang dilakukan
umat Islam pada hari ini tentu dilindungi oleh konstitusi Negara, dimana dalam
UUD 45 menyebutkan bahwa setiap warga negara memiliki hak untuk menyampaikan pendapat
dimuka umum. Ada kebebasan dan kemerdekaan bagi setiap kita untuk mengungkapkan
pendapat.
Sebagai warga negara,
menyampaikan aspirasi seperti ini dilindungi konstitusi, dan sebagai kaum
muslimin, menyampaikan aspirasi dan keluhan juga merupakan bagian dari Sunnah
Rasulullah SAW. Ketika mendekati akhir
hidupnya, Rasulullah SAW menyempatkan diri untuk mengumpulkan seluruh kaum
muslimin dan mendengarkan aspirasi mereka. Lalu Rasulullah SAW bertanya, “Apakah
semua ajaran Islam sudah aku sampaikan?” Para Sahabat dan kaum muslimin
menjawab “Sudah Ya Rasulullah SAW.”
Kemudian Rasulullah SAW
bertanya lagi, “Apakah selama hidupku, ada perbuatanku yang merugikan salah
satu diantara kalian?” Para hadirin terhenyak mendengar pertanyaan itu, hening
tak bicara sepatah kata pun. Sampai seorang pemuda berdiri dan bergegas maju
lalu mengungkapkan “Saya dulu pernah terkena cambukmu Wahai Nabiyullah SAW, dan
saya ingin melakukan hal yang sama terhadapmu.” Para hadirin terhenyak geram hingga akhirnya Rasulullah SAW menenangkan seluruh kaum muslimin. Rasulullah SAW mendengar
aspirasi pemuda itu, mencari solusi dan menyelesaikan masalahnya. Ternyata
pemuda itu hanya ingin memeluk Rasulullah SAW.
Kisah Rasulullah SAW itu
menggambarkan bahwa Islam sangat memfasilitasi aspirasi. Mengungkapkan keluhan,
pendapat, dan saling menasehati adalah bagian dari ajaran Islam. “Addinu
Nasihah” (Agama adalah Nasehat). Dititik inilah, umat Islam menyampaikan aspirasinya
dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar, akibat terjadinya ketidakpastian Hukum.
Penegakan hukum yang tebang pilih, tumpul keatas dan tajam kebawah.
سَمِعْتُ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً
فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ
Dari Abu Sa’id Al Khudri r.a, dia berkata, “Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat
kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu
maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan
hatinya, sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim)
Jamaah Sidang Jumat yang dimuliakan Allah
SWT
Karena itulah, para ulama membedakan
antara orang yang baik (sholeh) dengan orang yang menyeru kebaikan dan mencegah
kemungkaran (muslih). Orang baik akan punya banyak teman, sedangkan penyeru
kebaikan (termasuk pencegah kemungkaran) akan punya banyak musuh.
Apa bedanya Orang Baik
(Shalih) dengan Orang Penyeru Kebaikan (Mushlih)?
Orang Baik, melakukan
kebaikan untuk dirinya. Sedangkan Penyeru Kebaikan (Muslih) mengerjakan kebaikan
untuk dirinya dan orang lain.
Lalu mengapa orang Baik
dicintai manusia, sementara orang penyeru kebaikan dimusuhi manusia?
Kita ingat, bahwa sebelum Muhammad SAW diperintahkan berdakwah, beliau SAW sangat dicintai oleh kaumnya karena beliau adalah orang baik.
Rasulullah SAW terkenal jujur, bahkan mendapat gelar Al-Amin (Terpercaya).
Banyak penduduk Mekkah mempercayakan barang-barang berharganya kepada
Rasulullah SAW, karena pasti terjamin dan aman.
Namun ketika Rasulullah SAW
mulai berdakwah, menyerukan kebaikan kepada penduduk Mekkah, maka Rasulullah
SAW langsung dimusuhi. Bahkan Rasulullah SAW disebut Tukang sihir, Orang
Gila dan Pendusta.
Mengapa demikian? Karena
Penyeru Kebaikan itu membongkar kenikmatan semu yang sedang dinikmati para
pelaku maksiat. Penyeru kebaikan itu menghancurkan bongkahan nafsu angkara dan
memperbaikinya dari kerusakan. Inilah nahi mungkar, akan banyak orang yang tidak
suka kepadanya,
Itulah mengapa nasehat
Luqman kepada anaknya, diakhiri dengan kalimat agar bersabar ketika melakukan
perbaikan (berbuat muslih), karena dia pasti akan menghadapi permusuhan.
يا بني أقم الصلاة وأمر بالمعروف وانهَ عن المنكر
واصبر على ما أصابك
“Hai anakku tegakkan sholat,
perintahkan kebaikan, laranglah kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yang
menimpamu.”
قال
أهل الفضل والعلم : مصلحٌ واحدٌ أحب إلى الله من آلاف الصالحين
Berkata ahli ilmu, “Satu
penyeru kebaikan lebih dicintai Allah SWT daripada ribuan orang baik.”
Allah SWT berfirman :
وَمَا
كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَىٰ بِظُلْمٍ
وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ
“Dan tidaklah Tuhanmu
membinasakan satu negeri dengan zalim padahal penduduknya adalah penyeru
kebaikan."
ولم
يقل صالحون ...
Dalam kalimat itu Allah SWT tidak
berfirman, "...Orang Baik (Sholih)" akan tetapi Allah SWT menyatakan “…
Penyeru Kebaikan (Muslih), karena penyeru kebaikan itulah yang akan menahan
datangnya azab Allah SWT.
Jamaah Sidang Jumat yang
berbahagia
Maka itulah, tidak cukup
bagi kita sekedar menjadi orang baik saja. Jangan berpuas diri bila hanya
menjadi orang baik, tapi kita harus menyeru kebaikan-kebaikan itu kepada
manusia yang lain, sekaligus mencegah kemungkaran (nahi mungkar) agar Negeri
ini terhindar dari kebinasaan. Karena janji Allah SWT, bahwa Allah SWT tidak akan
menurunkan azab-Nya kepada suatu kaum bila masih ada yang menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kemungkaran di Negeri itu (amar ma’ruf nahi mungkar).
Diatas prinsip-prinsip
itulah, mari kita membersamai umat Islam pada hari ini, Jumat 5 Mei 2017,
bergabung bersama aksi damai nahi mungkar demi tegaknya keadilan dan memberikan
efek jera kepada pelanggar hukum yaitu terdakwa penista agama.
Barokallahuli Walakum
Barokallahuli Walakum
0 Response to "Aksi Damai Nahi Mungkar"
Post a Comment