Tak mudah untuk
belajar bersabar. Apalagi bila diterpa berbagai cobaan. Mereka yang tak sanggup
bersabar, tak akan naik kelas. Lebih parah lagi, ada yang runtuh imannya dan
tergadai aqidahnya. Na’udzubillah, semoga kita semua terlindung daripada itu
semua.
Untuk menjadi
manusia yang sanggup bersabar memang butuh latihan. Belajar dulu. Itulah
mengapa Allah SWT menguji manusia dalam berbagai level dan tingkatan. Yang
berhasil melaluinya, naik ke tingkat berikutnya. Pelajaran bagaimana bersabar
dikisahkan pengurus YMI Cirebon, Konipah melalui grup WhatsApp pengurus YMI.
Saat usia Ipah
(begitu panggilannya) masih 5 tahun, matanya terkena benda tajam. Serpihan kaca
masuk hingga ke dalam bola mata sebelah kanannya. Korneanya sobek dan syarafnya
tak lagi berfungsi. Ipah trauma berat, karena sejak saat itu ia hanya bisa
melihat dengan mata sebelah kirinya saja. Meski demikian, Ipah tetap bersyukur,
“Alhamdulillah, mata sebelah kanan saya sudah diangkat pada tahun 2011 dan
diganti dengan bola mata kosmetik, setiap paginya harus dicopot dan dibersihkan
bola mata tersebut,” ujarnya dalam percakapan di grup WA.
Tak terlihat
raut mengeluh di wajahnya. Semua dijalani dengan tawakal dan penuh pasrah terhadap
kehendak Allah SWT. Ipah melanjutkan ceritanya.”Mata kanan saya terpaksa
diangkat karena sudah tidak bisa dilakukan transplantasi kornea, retinanya
sudah tercampur dan bentuknya sudah tak utuh lagi, warna matanya pun sudah
berubah tidak seperti mata normal. Kalau bola mata kanan dipertahankan,
dikhawatirkan dapat pecah sendiri bila terkena benturan benda keras,” jelasnya.
Ujian bagi
Konipah tidak berhenti disitu. Sebagai anak yatim sejak usianya masih 3 bulan,
Ipah harus belajar mandiri. Apalagi ia adalah anak sulung dari 4 bersaudara.
Sehari-hari selepas kuliah, Ipah membantu Ibu menjahit pakaian di Cirebon, untuk
memenuhi kebutuhan adik-adik. “Jiwa enterpreneur saya sebenarnya sudah tumbuh
sejak sekolah di Madrasah Tsanawiyah (MTs), saat itu saya sudah dituntut
mandiri, segalanya harus diurus sendiri,” ungkapnya.
Setelah
menyelesaikan kuliahnya, Ipah mendedikasikan waktunya untuk berkarya bersama
YMI. Lewat program Orang Tua Asuh Anak Yatim Desa, yang menyekolahkan anak-anak
yatim di pelosok desa, Ipah menggugah anak-anak asuh agar kuat dan tegar dalam
menghadapi ujian hidup. “Kita sama-sama yatim, bedanya adik-adik semua masih
kecil, sedangkan Kakak sudah melalui beberapa tahapan ujian hidup, Insya Allah
Kakak bimbing agar kita bisa bertahan dan maju bersama,” ujar Ipah ketika
menyemangati anak-anak yatim binaan YMI Cirebon.
Kegigihan Ipah
berkontribusi bersama YMI tercermin dari konsistensinya mengajar anak-anak
asuh. Ketua YMI Cirebon Subhan Salim menceritakan bahwa perjalanan Mbak Ipah
dari rumahnya ke TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an) YMI ditempuh dalam waktu 1
jam. Ipah mulai mengajar dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore. “Tak pernah
mengeluh, tak pernah merasa lelah, ia sangat luar biasa,” ujar Subhan.
Lebih dari 100
anak asuh YMI Cirebon kini belajar di TPA yang dikelola Ipah bersama
rekan-rekannya. Setiap saat ada saja tambahan, yaitu anak-anak baru yang mau
belajar mengaji di TPA.
Selamat berkarya Mbak Ipah, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan barokah dan nikmat-Nya. Amin Allahumma Amin. #
Selamat berkarya Mbak Ipah, semoga Allah SWT senantiasa mencurahkan barokah dan nikmat-Nya. Amin Allahumma Amin. #
Bersama YMI
Menyekolahkan
Anak Yatim Di Pelosok Desa
Ayo Jadi Orang
Tua Asuh…. CP : 0838.0453.7995 (WA)
0 Response to "Kisah Inspiratif, Belajar Sabar dari Konipah, Anak Yatim yang Sukses Berkarya Bersama YMI"
Post a Comment