Sebuah kisah
yang menceritakan seekor burung pipit di zaman Nabi Ibrahim AS. Tatkala kekasih
Allah SWT itu hendak dibakar oleh Raja Namrud yang zhalim, ditengah ketidakberdayaan, burung kecil ini
tetap berusaha melakukan sesuatu dan tidak tinggal diam.
Dia angkut air
dengan paruhnya yang kecil untuk memadamkan kobaran api besar yang disulut raja zhalim. Bolak-balik dia mengangkut air, dan secara logika tentunya, usaha itu
tidak akan pernah bisa memadamkan api yang sangat besar.
Lalu burung-burung
lain bertanya pada si pipit kecil, “Mengapa engkau melakukan itu? Tak akan
berguna dan tak akan memberi hasil karena api yang dikobarkan Raja Namrud
sedemikian besar, sedangkan paruhmu kecil sekali,” begitu kata mereka.
Burung pipit
kecil kemudian memberi jawaban yang mengharukan, "Memang air yang kubawa ini
tidak akan memadamkan api di bawah sana. Tapi jika nanti Allah SWT nanti bertanya,
maka aku bisa memberikan jawaban, bahwa aku sudah memberi bukti dimana aku
berpihak. Bahwa ketika ada kezaliman, aku tidak tinggal diam sekecil apapun
usahaku. Dan ini buktinya, aku telah melakukan sesuatu!"
Dalam kondisi apapun, tetap harus ada
daya dan upaya yang kita lakukan, dan kala kita tidak lagi berdaya menghadapi kezhaliman
yang sedemikian kuatnya, maka belajarnya dari Burung Pipit. #
0 Response to "Saat Tidak Lagi Berdaya, Belajarlah Dari Burung Pipit"
Post a comment