(SERIAL KHUTBAH JUM'AT KETUA UMUM YMI)
Rangkuman Khutbah Jum'at, 5 Agustus 2016
Assalamu’alaikum
wr.wb
Ba’da
Tahmid dan Shalawat
Hari
ini kita sudah berada di bulan Dzulqoidah, atau tepatnya tanggal 2 Dzulqoidah
1437 H. Ini berarti kita sudah meninggalkan Ramadhan dan Idul Fitri selama
kurang lebih satu bulan, dan kita akan kedatangan hari raya besar lainnya yaitu
Idul Adha dalam kurun waktu juga sekitar satu bulan. Dengan kata lain, kita
sekarang berada di pertengahan waktu antara 2 hari raya besar Islam.
Berjalannya
waktu yang terus menerus tak mungkin kita bisa hentikan, dan ini adalah
karakter dari waktu itu sendiri. Waktu tak bisa dihentikan dan tak akan kembali
lagi. Waktu juga seakan-akan begitu cepat berlalu, yang seringkali kita tak
sadar ternyata telah berada di ujung waktu kehidupan kita.
Itulah
mengapa waktu diibaratkan sebagai pedang, “Al-Waqtu Kas-Shoif” dimana bila kita
gagal memanfaatkan waktu maka pedang itu akan menghujam ke diri kita sendiri.
Sedemikian pentingnya, hingga Allah SWT berfirman dan bersumpah terhadap waktu
dalam Al-Qur’an surat Al-Ashr. Bahwa “Demi waktu, Sesungguhnya manusia dalam
kerugian, kecuali mereka yang beriman, dan beramal shaleh, dan saling
menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.” Imam Syafi’i mengungkapkan bahwa bila Allah
SWT menurunkan hanya satu surat ini saja (Al-Ashr) dalam Al-Qur’an maka
sesungguhnya sudah cukup bagi manusia untuk menjadi pedoman dalam mengarungi
kehidupan di dunia.
Jamaah
Sidang Jumat yang Berbahagia
Kalau
kita trace-back waktu kita ke belakang, apakah kita sudah mengoptimalkan waktu
kita, bagaimana dan apa yang sudah kita lakukan, sehingga lahir pertanyaan yang
paling penting, “Apakah dengan semua yang kita lakukan itu kita yakin bahwa
kita akan meraih Syurga Allah?” (Ini tentu menjadi pertanyaan paling penting
untuk koreksi dan muhasabah diri kita). Terhadap pertanyaan itu, Khalifah Umar
bin Khattab r.a saja merasa gusar sehingga dalam harap-harap cemasnya dia
berujar semoga saya bisa ditempatkan di Al-A’raf (Artinya tempat tertinggi,
yang ada diantara syurga dan neraka). Bayangkan, seorang Umar saja merasa gusar
apakah amalannya dapat meyakinkan Allah SWT sehingga Allah SWT ridho akan dirinya,
karena itu Umar berharap minimal tidak masuk ke neraka, berada di Al-A’raf (diantara
syurga dan neraka) pun tak apa-apa. Itulah sebabnya Umar r.a mengatakan dalam
sebuah kalimat yang populer, “Hasibu Anfusahum Qabla Antuhasabu” (Hisablah
dirimu sebelum engkau dihisab di hari akhirat nanti).
Bila
lebih jauh lagi kita menelusuri waktu-waktu yang telah kita lewati, maka kita
akan menemukan bahwa saat ini kita sesungguhnya berada di alam yang ketiga,
yang disebut alam dunia. Kita sudah melewati 2 alam sebelumnya, dan akan
menghadapi 2 alam berikutnya. Alam yang sudah kita lewati adalah alam ruh dan
alam rahim. Di alam ruh, kita tidak mengetahui berapa lama kita ada disana,
karena memang hanya sedikit yang Allah SWT beritahukan kepada kita tentang alam
ruh itu. “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah. “Ruh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan hanya
sedikit.” (Al-Isra:85).
Oleh
karena itu, kalau ditanya apakah kita ingat tentang alam ruh, tentunya semua
orang tidak mengetahuinya berapa tahun dia ada disana. Hal ini berbeda ketika
kita ditanya di alam Rahim, dimana manusia banyak mendapatkan informasi tentang
berapa lama dia berada di alam Rahim (yaitu rahim ibu). Ada yang 9 bulan, ada
yang 8 bulan, dan ada yang 7 bulan bila lahir prematur. Berapa lama waktunya di
alam Rahim maka kita bisa mengetahuinya.
Setelah
alam Rahim barulah manusia masuk ke alam dunia. Disini usia manusia
berbeda-beda, ada yang 60 tahun, 90 tahun dan ada yang hanya beberapa hari,
semua atas kekuasaan dan takdir-Nya. Lalu masuk ke alam kubur, yang juga
berbeda-beda setiap manusia keberadaannya di alam kubur ini, ada yang ratusan
tahun seperti manusia zaman para Nabi, dan ada yang hanya beberapa hari saja
bagi mereka yang wafat menjelang hari kiamat.
Alam
terakhir adalah alam akhirat, dimana ada dua tempat yang berbeda yaitu syurga
dan neraka. Di alam ini waktu keberadaan manusia tidak berakhir, mereka kekal
didalamnya.
Sekarang
mari kita perhatikan, dari 5 alam itu, setiap alam berbeda dari ukuran berapa
lama waktu manusia berada didalamnya. Alam ruh tidak ada mengetahui, alam rahim
sekitar 9 bulan, alam dunia beberapa hari hingga puluhan tahun, alam kubur
beberapa hari hingga ratusan tahun, dan alam akhirat tidak berakhir
keberadaannya. Dari 5 alam itu, alam dunia merupakan alam yang menentukan,
yaitu menentukan manusia masuk ke syurga atau neraka, bahagia di akhirat atau
sengsara. Karena itu, bila ada pertanyaan, apakah dunia itu penting, maka
jawabannya adalah Iya. Dunia penting, bahkan sangat penting karena menentukan
perjalanan di alam berikutnya.
Disinilah
pentingnya bagi kita untuk memiliki cara pandang yang tepat terhadap fenomena
kehidupan kita di dunia. Sebagaimana Umar bin Khattab r.a mengatakan “Jadikan
dunia dalam genggaman, jangan jadikan dunia dalam hati.” Kita perlu mengisi,
mewarnai, mewarisi dunia ini, kita perlu mendakwahi dunia ini, mengelola dunia
ini, karena manusia diamanahi sebagai khalifah fil Ardhi. Doa yang selalu kita
panjatkan pun adalah meminta kebahagiaan di dunia dan di akhirat. “Robbana Atina Fii Dunia Hasanah
Wa Fil Akhirati Hasanah Waqina Adzabannar.”
Barokallahu
Lii Walakum………
Adhi Azfar
Ketua Umum YMI
0 Response to "Dunia Adalah Alam Yang Paling Menentukan Perjalanan Menuju Akhirat"
Post a comment