Sambutan
luar biasa mengiringi hari terakhir perjalanan Ramadhan YMI Pusat ke desa-desa tahun
ini. Dihadapan sejumlah pengusaha besar dan pemuka agama di Lampung, Ketua Umum
YMI Pusat Adhi Azfar berkesempatan mengisi tausiyah pengantar berbuka puasa.
Dalam kesempatan ini pula, Ketua Umum memberikan arahan untuk seluruh pengurus
YMI di seluruh cabang di Sumatera dan Jawa. Berikut kutipannya.
Assalamu’alaikum
wr.wb
Bulan
Ramadhan 1437 H ini, YMI Pusat telah menggelar program yang seragam di seluruh
desa binaan. Program penyuluhan tentang Bahaya Pornografi dan Kekerasan Seksual
kita pilih karena kondisi kritis bangsa ini akibat maraknya kekerasan seksual
dan kejahatan yang telah mengancam kehidupan anak-anak khususnya anak-anak di
pedesaan. Program ini telah kita gulirkan sebagai bentuk antisipasi terhadap
ancaman tersebut, agar anak-anak asuh yang telah kita bina, serta ibu dari
anak-anak yatim binaan YMI, dapat memiliki pemahaman untuk mengatasi bahaya
yang bisa terjadi kapan saja.
Program
penyuluhan ini digulirkan bersamaan dengan kegiatan buka puasa bersama yang
telah rutin kita selenggarakan. Tentu dengan digelarnya program ini, beban
kegiatan menjadi bertambah, namun ini harus tetap kita lakukan. Meningkatnya
beban kegiatan berarti meningkatnya kebutuhan dana, ini tantangan kita. Tetapi
kita telah membuktikan bahwa kita selalu berhasil melewati tantangan itu. Salah
satunya adalah kawan-kawan pengurus YMI Lampung Selatan ini, dari awalnya hanya
memiliki dana 2 Juta Rupiah, setelah “ngamen” berhasil mengumpulkan dana hingga
27 Juta Rupiah untuk menggelar program ini.
Demikian
juga tentunya dengan keberhasilan cabang-cabang YMI Pandeglang, Kuningan,
Pemalang, Cirebon, Sukabumi, Lampung Timur, Jakarta dan Bekasi pada Ramadhan
tahun ini. Masing-masing memiliki karakter dan keunikan tersendiri, kelebihan
dan keunggulan yang berbeda dan tidak mungkin dibandingkan serta
dipertandingkan. Yang kita perlombakan bukan hasil dari apa yang telah kita
raih, tapi amalan apa yang telah kita perbuat. Ikhlas atau tidakkah apa-apa
yang telah kita kerjakan itu. Inilah prinsip “Ahsanu Amala” yang tertera dalam
Surat Al-Mulk ayat 2.
Keikhlasan.
Ini salah satu penentu diterima atau tidaknya amalan kita. Alhamdulillah hingga
saat ini prinsip-prinsip yang kita bangun di YMI telah mendorong kita untuk
terus berbuat ikhlas. Karena diantara kita sama sekali tidak ada yang memperoleh
gaji dari Yayasan. Kita telah sepakat YMI adalah ladang amal sholeh kita,
sedangkan ladang kita mencari nafkah ada di tempat lain. Meski demikian, “ketiadaan
gaji” tidak menyurutkan profesionalisme kita. Ini telah kita buktikan bahwa
kegiatan-kegiatan kita telah berlangsung bertahun-tahun dan semuanya kita
tekuni dengan semangat professional. Karena semangat yang kita yakini adalah “Innallaha
Katabal Ihsana Ala Kulli Syai’in” (Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan berbuat
ihsan/professional dalam setiap perbuatan).
Ujian-ujian
terhadap keikhlasan pasti akan terus terjadi. Karena itu kita perlu stamina
yang kuat untuk menghadapi ujian itu. Disinilah letak perbedaan antara orang
yang disebut “Mukhlis” dengan “Mukhlas.” Apa bedanya? Orang yang Mukhlis, dia
berlaku ikhlas, tapi belum tentu hari ini dia ikhlas besok dia ikhlas juga, ada
suatu ketika keihlasannya luntur atau menurun. Boleh jadi karena tak tahan
godaan.
Sedangkan
orang yang disebut “Mukhlas” maka keikhlasan telah menjadi karakternya. Ikhlas
telah menjadi jati dirinya. Sehingga setiap apa yang dia perbuat selalu
ditujukan untuk menggapai ridho Allah SWT semata. Ketika ikhlas telah menjadi
karakter dan jati diri kita, maka hati kita akan kokoh untuk menghadapi setiap
godaan yang berpotensi melunturkan keikhlasan itu.
Maka
dari itu, di akhir Ramadhan 1437 H, mari kita kokohkan keikhlasan kita, untuk
menjadi “Mukhlas-Mukhlas” yang Insya Allah akan membawa YMI ini menjadi
kendaraan kita untuk meraih ridho dan Syurga Allah SWT kelak. Semoga kita bisa
bersama kembali di Syurga Allah SWT nanti. Amin.
Wassalamu’alaikum
wr.wb
Adhi
Azfar, ST, ME
Ketua
Umum YMI
0 Response to "Arahan Ketua Umum YMI di Lampung Selatan : Jadikan Ikhlas Sebagai Jati Diri Kita"
Post a Comment