Oleh : Mohammad Fauzil Adhim.
Satu per satu ulama yang sungguh-sungguh memahami agama ini telah
pergi. Inilah jalan dicabutnya ilmu dari manusia. Buku masih banyak,
tetapi tanpa hadirnya ulama, maka ilmu akan lenyap. Hanya tersisa
tulisan-tulisan berserak. Tak ada 'alim yang mampu menjelaskan dengan
baik, matang dan memiliki integritas keilmuan yang sangat tinggi. Tak
ada yang patut memberikan syarah.
Beberapa tahun terakhir ini,
ada satu hadis yang paling sering saya ulang-ulang membacanya serta
menyampaikan kepada manusia. Hadis mauquf yang dihukumi marfu' dari Ibnu
Mas'ud radhiyallahu 'anhu tentang fitnah, yakni masa ketika apa yang
dibenci agama dianggap sebagai sunnah. Dan tidak datang masa itu kecuali
dengan wafatnya para ulama yang sungguh-sungguh ulama.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu secara mauquf, bahwa Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌ؟ يَهْرَمُ فِيهَا
الْكَبِيرُ, وَيَرْبُو فِيهَا الصَّغِيرُ, وَيَتَّخِذُهَا النَّاسُ
سُنَّةً, فَإِذَا غُيِّرَتْ قَالُوا: غُيِّرَتِ السُّنَّةُ؟
قَالُوا: وَمَتَى ذَلِكَ يَا أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ؟
قَالَ: إِذَا كَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ, وَقَلَّتْ فُقَهَاؤُكُمْ,
وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ, وَقَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ, وَالْتُمِسَتِ
الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْآخِرَةِ
"Bagaimana dengan kalian jika
kalian tertimpa fitnah yang di tengah-tengah fitnah tersebut orang
dewasa menjadi tua, anak kecil menjadi tumbuh besar, dan manusia
menjadikannya (menganggapnya) sebagai sunnah. Jika ada sedikit saja dari
fitnah itu yang ditinggalkan orang, maka akan dikatakan, "Sunnah telah
ditinggalkan?"
Mereka bertanya, "Kapan hal itu terjadi, Wahai Aba 'Abdurrahman?"
Ibnu Mas'ud (Aba 'Abdurrahman) menjawab, "Apabila para pembaca
Al-Qur’an (penghafal Al-Qur'an) dari kalian banyak, tetapi fuqaha kalian
sedikit; jika umara' kalian banyak, tetapi orang-orang yang amanah di
antara kalian sedikit; kehidupan dunia dicari dengan amalan akhirat."
(HR. Ad-Darimi).
Dalam riwayat lain yang bermiripan, kita dapati:
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا لَبِسَتْكُمْ فِتْنَةٌ يَهْرَمُ فِيهَا الْكَبِيرُ
وَيَرْبُو فِيهَا الصَّغِيرُ إِذَا تُرِكَ مِنْهَا شَيْءٌ قِيلَ تُرِكَتْ
السُّنَّةُ؟
قَالُوا وَمَتَى ذَاكَ؟
قَالَ إِذَا ذَهَبَتْ
عُلَمَاؤُكُمْ وَكَثُرَتْ جُهَلَاؤُكُمْ وَكَثُرَتْ قُرَّاؤُكُمْ وَقَلَّتْ
فُقَهَاؤُكُمْ وَكَثُرَتْ أُمَرَاؤُكُمْ وَقَلَّتْ أُمَنَاؤُكُمْ
وَالْتُمِسَتْ الدُّنْيَا بِعَمَلِ الْآخِرَةِ وَتُفُقِّهَ لِغَيْرِ
الدِّينِ
"Bagaimana dengan kalian jika kalian tertimpa fitnah
yang di tengah-tengah fitnah tersebut orang dewasa menjadi tua, anak
kecil menjadi tumbuh besar, dan manusia menjadikannya (menganggapnya)
sebagai sunnah. Jika ada sedikit saja dari fitnah itu yang ditinggalkan
orang, maka akan dikatakan, "Sunnah telah ditinggalkan?"
Mereka bertanya, "Kapan hal itu terjadi?"
(Ibnu Mas'ud) menjawab, "Apabila para ulama kalian telah pergi (wafat);
pembaca Al-Qur’an (penghafal Al-Qur'an) dari kalian banyak, tetapi
fuqaha kalian sedikit; umara' kalian banyak, tetapi orang-orang yang
amanah di antara kalian sedikit; kehidupan dunia dicari dengan amalan
akhirat dan (orang bersungguh-sungguh) mendalami agama bukan untuk
(kepentingan) agama." (HR. Ad-Darimi dan Al-Hakim).
Tengoklah
sejenak dan renungkan, apakah pintu pertama zaman fitnah itu? Wafatnya
para ulama, lalu datang berikutnya orang-orang yang miskin ilmu, tetapi
mengambil peran ulama. Ada yang menyadari kekurangannya sehingga mereka
hanya menjadi penyampai. Tetapi lebih banyak lagi yang sangat berani
dalam berfatwa, ringan lisan dalam menetapkan kedudukan berbagai urusan.
Inilah masa ketika nasihat agama disesuaikan dengan selera manusia.
Bukan mendidik manusia agar menyesuaikan seleranya dengan agama. Inilah
masa ketika ceramah agama mudah sekali kita mendapatkannya, tetapi sulit
meraih ilmu. Sementara dakwah semakin tak terdengar gaungnya. Apakah
inti dakwah itu? Memberi peringatan sekaligus kabar gembira seraya
menyemangati manusia agar kembali kepada agama yang lurus; dienul Islam
yang haq.
Sungguh sangat berbeda antara dakwah dan ceramah.
Dakwah tak selalu dengan ceramah. Sementara ceramah tidak serta-merta
berarti dakwah. Bahkan ceramah pun tidak dengan sendirinya bermakna
forum belajar dan mengajarkan ilmu. Adakalanya bahkan sekedar hiburan
belaka. Usai ceramah, yang paling diingat adalah leluconnya. Bukan
nasehatnya yang memang hampir-hampir tidak ada.
Di masa itu, ada
pula yang bersungguh-sungguh belajar agama, tetapi bukan untuk
kepentingan agama; bukan pula untuk membela agama. Mereka belajar agama
ini untuk kepentingan dunia ِ(وَتُفُقِّهَ لِغَيْرِ الدِّينِ). Dan inilah
yang aku khawatirkan terhadap diriku sendiri. Bahkan lebih dari itu,
merinding rasanya mengingat sabda Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam
tentang suatu masa ketika ulamanya sangat sedikit, sedangkan
penceramahnya begitu banyak.
Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّكُمْ أَصْبَحْتُمْ فِي زَمَانٍ كَثِيْرٍ فُقَهَاؤُهُ، قَلِيْلٍ
خُطَبَاؤُهُ، قَلِيْلٍ سُؤَّالُهُ، كَثِيْرٍ مُعْطُوهُ، الْعَمَلُ فِيْهِ
خَيْرٌ مِنَ الْعِلْمِ. وَسَيَأْتِي زَمَانٌ قَلِيْلٌ فُقَهَاؤُهُ،
كَثِيْرٌ خُطَبَاؤُهُ، كَثِيْرٌ سُؤَّالُهُ، قَلِيْلٌ مُعْطُوهُ،الْعِلْمُ
فِيْهِ خَيْرٌمِنَ الْعَمَلِ
“Sesungguhnya kalian hidup di zaman
yang fuqahanya (ulama) banyak dan penceramahnya sedikit, sedikit yang
minta-minta dan banyak yang memberi, beramal pada waktu itu lebih baik
dari berilmu. Dan akan datang suatu zaman yang ulamanya sedikit dan
penceramahnya banyak, peminta-minta banyak dan yang memberi sedikit,
berilmu pada waktu itu lebih baik dari beramal.” (HR. Ath-Thabrani).
Aku termenung mengingati diriku sendiri serta orang-orang yang semisal
denganku. Terampil lisan bertutur, tetapi ilmu masih kabur.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 Response to "Dan Para Ulama Pun Telah Pergi"
Post a Comment