Terdepan Dalam Memberdayakan Anak Hingga Pelosok Desa

Apa Saja Yang Perlu Disiapkan Jelang Usia 40 Tahun


Oleh : M.Sofwan Jauhari 
 

Untuk menjadi orang yang sukses sebagaimana umumnya suatu organisasi, anda perlu memiliki  suatu rencana, tanpa  adanya rencana maka kehidupan  anda mungkin akan menjadi  seadanya. Ikhtiar yang maksimal untuk menjalankan rencana juga harus anda lakukan meskipun semua yang terjadi belum tentu sesuai dengan rencana anda. Dan yang lebih penting dari rencana adalah goals atau tujuan. Anda harus memiliki tujuan dalam setiap kegiatan yang anda lakukan. Bayangkan jika anda ingin membeli tiket perjalanan tetapi anda tidak menentukan destinasi  atau  tempat mana yang akan anda tuju.

Firman Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Hasyr (59) : 18  menyebutkan : 
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah SWT. Dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok. Dan bertakwalah kepada Allah SWT. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Hasyr : 18).

Ayat ini mengisyaratkan agar setiap muslim memiliki tujuan yang jelas untuk  hari esok-nya, dan dia harus melakukan ikhtiar yang maksimal untuk  hari esok yang akan dihadapinya. Hari esok bisa berarti hari ketika anda sudah selesai kuliah, hari ketika anda sudah bekerja dan menikah, hari ketika anda menjadi seorang ayah, hari ketika anda sudah berada pada usia 40 tahun, hari ketika anda sudah berada pada masa pensiun, dan yang terpenting adalah hari ketika anda sudah berada di sisi Tuhan, setelah kematian anda. Apa yang telah anda rencanakan? Apa usaha yang telah anda lakukan? Dan sudahkan anda menetukan dan menulis tujuan/goals yang ingin anda raih?

Idealnya seseorang telah mencapai kematangan diri saat mencapai usia 40 tahun. Pada usia 40 tahun idealnya kita telah mencapai kematangan finansial, sosial dan spiritual. Idealnya pada usia tersebut seorang muslim sudah memiliki rumah dan kendaraan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan  tidak lagi memikirkan cicilan hutangnya  agar dia bisa menjalankan berbagai kegiatan sosial & keagamaan.  Dapat bersilaturrahmi dengan keluarga dan tetangga dengan baik, bisa membantu kaum dhuafa, bisa melangkahkan kaki 5 kali sehari ke masjid/musholla, dapat menghadiri majlis ta’lim setiap pekan, bisa beribadah ke tanah suci dan bisa berdakwah menyebarkan agama Allah SWT kepada orang lain.

Belajarlah dari kegigihan Rasulullah SAW pada masa mudanya untuk menjalankan kegiatan dagangnya, beliau sudah berdagang ke luar negeri dan mampu menikah dengan Khadijah yang maskawinnya menurut ahli sejarah Al-Mubarakfuri adalah 20 ekor onta. Besarnya harga mas kawin yang diberikan pada saat menikah  padahal usia beliau baru mencapai 25 tahun setidaknya telah menunjukkan kematangan finansial Rasulullah saw. 

Sedangkan kematangan sosial spiritual beliau, tergambar dengan kegalauan beliau terhadap fenomena bangsa Arab yang menyembah patung, mengubur anak perempuan hidup-hidup, kebiasaan perang antar suku dan lain-lain. Beliau tidak lagi menjadi seorang pemuda yang hanya sibuk memikirkan diri sendiri, tetapi lebih banyak memikirkan masyarakat atau lingkungannya. Kegundahan atau kegalauan ini akhirnya mendorong beliau untuk melakukan tahannuts di Gua Hira yang diakhiri dengan turunnya wahyu  untuk pertama kalinya kepada beliau, tepat pada usia 40 tahun beliau menerima wahyu yang pertama kali sebagai tanda nubuwwah. Inilah yang menjadi salah satu landasan bagi ummat Islam, bahwa kita harus mencapai kematangan spiritual pada saat usia kita mencapai 40 tahun. Seharusnya pada usia 40 tahun seseorang harus sudah mencapai kemapanan finansial dan sosial sebaga pondasi untuk kemapanan spiritual. Sholat berjamaah di masjid tidak lagi terhalang oleh kesibukan mencari harta. Belajar agama tidak terhalang oleh kegiatan keluarga. Berdakwah menyebarkan agama Allah SWT tidak lagi terkendala oleh keterbatasan keuangan. 

Allah swt berfirman :
{وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (15)} [الأحقاف: 15]
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandung dengan susah payah, melahirkannya dengan susah payah juga. Masa mengandung sampai menyapihnya adalah 30 bulan. Sehingga ketika anak itu sudah dewasa dan umurnya mencapai usia 40 tahun  (seharusnya) dia berdoa : Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah  Engkau berikan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat beramal saleh yang Engkau ridloi, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sungguh aku bertaubat kepada Engkau, dan sungguh aku termasuk orang yang berserah diri kepada-Mu. (QS.Al-Ahqaf (46) : 15).

Secara garis besar ayat ini mengajarkan beberapa hal, antara lain :
1) Pada usia 40 tahun seharusnya seorang muslim sudah menjadi dewasa, pandai mensyukuri nikmat  Allah SWT dan mensyukuri  kedua orang tuanya dengan cara berbakti, membahagiakan keduanya.
2) Pada usia 40 tahun seseorang sudah harus menjadi muslim yang sholeh, fokusnya adalah  beramal saleh untuk persiapan hari akhiratnya, bukan kebahagian dunianya saja.
3) Pada usia 40 tahun seseorang harus sudah memiliki kebaikan yang mengalir, amal  yang tidak terputus pahalanya yaitu : (a) anak yang sholeh, (b) ilmu yang bermanfaat dan (c) wakaf atau sedekah jariyah yang banyak.
4) Pada usia 40 seseorang harusnya sudah menikmati taubatan nasuha, tidak lagi berpikiran buruk apalagi terjerumus ke dalam kemaksiatan, ajal sudah dekat !!
5) Pada usia 40 seseorang harus sudah pandai berserah diri kepada Allah SWT menjadi muslim sejati yang mengamalkan syariah Islam dalam segala urusannya.

Wallahu a’lam bish shawab.

0 Response to "Apa Saja Yang Perlu Disiapkan Jelang Usia 40 Tahun"

Post a Comment