Allah
SWT berfirman dalam surat Al-Maa’uun Ayat 1-7, bahwa Islam memberikan perhatian
yang khusus terhadap anak yatim dan orang miskin. Ini menunjukkan bahwa Islam
selalu mengajak kepada umat manusia untuk beramal dan bersedekah kepada
orang-orang miskin yang kurang beruntung yang hidup di sekitar kita. Sekaligus
juga menyiratkan bahwa sebagai umat Islam, kita diharuskan menjadi orang yang
kaya dan berkecukupan agar dapat bersedekah semaksimal mungkin.
Anak
yatim adalah anak yang tidak lagi memiliki ayah, baik karena meninggal dunia,
atau ditinggal begitu saja oleh si Ayah yang tak kenal rimbanya dimana. Dalam
kategori Yayasan Munashoroh Indonesia, seorang anak yang memiliki ayah namun
sang ayah sakit-sakitan, tidak mampu berbuat apa-apa lagi, tidak dapat bekerja dan
menafkahi keluarga, maka anak-anaknya dapat dimasukan ke dalam anak dhuafa yang
dekat kepada yatim. Sebagai seorang pelindung sekaligus tulang punggung keluarga,
peranan ayah sangat vital baik dalam hal kasih sayang maupun kehidupan ekonomi.
Berbuat
baik kepada anak yatim merupakan salah satu bentuk akhlak yang mulia,
sebaliknya berbuat aniaya terhadap anak yatim diancam oleh Allah SWT dengan
neraka dan tidak diterimanya amal ibadah shalat, naudzubillahi min dzalik.
Selain janji Allah di atas, ada banyak keutamaan menyantuni anak yatim yang
telah disebutkan di dalam atsar maupun Hadits Rasulullah SAW, antara lain:
Suatu
ketika sahabat Saib bin Abdullah ra. datang kepada Nabi SAW, maka Rasulullah
SAW bersabda kepadanya, "Wahai Saib, perhatikanlah akhlak yang biasa kamu
lakukan ketika kamu masih dalam kejahiliyahan, laksanakan pula ia dalam masa
keislaman. Jamulah tamu, muliakanlah anak yatim, dan berbuat baiklah kepada
tetangga." (HR.Ahmad dan Abu Dawud, Shohih Abu Dawud)
Dalam sebuah atsar disebutkan
riwayat dari Nabi Daud as, yang berkata, "Bersikaplah kepada anak yatim,
seperti seorang bapak yang penyayang." [HR. Bukhori]
Rasulullah
SAW bersabda, “Aku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di Surga
seperti ini,” Kemudian beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari
tengah seraya sedikit merenggangkannya. (HR. Bukhori)
Al-Hafizh
Ibnu Hajar rahimahullah berkata, "Isyarat ini cukup untuk menegaskan
kedekatan kedudukan pemberi santunan kepada anak yatim dan kedudukan Nabi,
karena tidak ada jari yang memisahkan jari telunjuk dengan jari tengah.”
Nabi SAW bersabda, "Barang siapa yang mengikutsertakan seorang
anak yatim diantara dua orang tua yang muslim, dalam makan dan minumnya,
sehingga mencukupinya maka ia pasti masuk surga." (HR. Abu Ya'la dan
Thobroni, Shohih At Targhib)
Menyantuni anak yatim juga dapat
dijadikan sebagai sarana untuk menjadikan hati lunak/lembut. Diriwayatkan oleh Abu
Darda' r.a yang berkata, "Ada seorang laki-laki yang datang kepada nabi
SAW mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabipun bertanya, Sukakah kamu, jika hatimu
menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi ? Kasihilah anak yatim, usaplah mukanya, dan
berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan
terpenuhi." (HR Thobroni, Targhib)
Demikianlah, sangat besar keutamaan menyayangi dan
menyantuni anak yatim, hingga ia dapat memudahkan urusan kita di dunia dan
diakhirat.
Bersama YMI
Menyekolahkan Anak Yatim Hingga Pelosok Desa
0 Response to "Salah Satu Cara Mengobati Hati yang Keras"
Post a Comment