Akibat
salah persepsi ketika mendengar ceramah-ceramah agama, orang miskin berkata,''Ah,
kebahagiaan itu bukan terletak di uang tapi di sini (sambil menunjuk dada). Dititik
ini, bolehlah kita sepakat dengan perkataanya, memang kemiskinan (bila dalam
hal ini adalah hidup sederhana) bisa saja tidak menghalangi seseorang untuk bahagia.
Namun seharusnya kita perlu menegaskan bahwa kemiskinan telah membuat kualitas
hidupnya berantakan.
Misalnya,
orang miskin tidak bisa sekolah tinggi, kalau pun bisa sekolah itu hanya
terjadi kalau dia dapat beasiswa, itu pun kalau dia cerdas dan memenuhi
kriteria beasiswa. Surat-surat miskinnya lengkap, SKTM, KK dan lain-lain.
Sekarang pertanyaannya, apakah orang miskin punya surat-surat yang lengkap
seperti itu? Tentu tidak semua, karena untuk mengurus surat-surat tersebut
perlu biaya yang meskipun murah tapi seringkali orang-orang miskin malas
mengurusnya.
Orang
miskin susah ke dokter, karena memandang remeh, atau khawatir biayanya mahal,
meskipun saat ini sudah ada jaminan pemerintah lewat program BPJS sekalipun.
Baru nanti setelah penyakitnya parah maka dia memaksakan diri ke dokter.
Biasanya sudah terlambat, penyakitnya sudah menyebar kemana-mana dan sudah
susah disembuhkan. Hal ini seringkali kita saksikan di berbagai media baik
Televisi, Radio, Koran dan lain sebagainya.
Lalu,
kita harus yakin bahwa kita tidak ingin jadi orang miskin. Orang kaya memang
belum tentu bahagia, tapi orang miskin hamper dipastikan akan sengsara. Itulah
sebabnya Rasulullah SAW bersabda, Dari Anas bin Malik r.a bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Hampir-hampir kefakiran (kemiskinan) itu
menjadi kekafiran” (HR.Imam Al-Baihaqi).
Bersama YMI
Menyekolahkan Anak Yatim Hingga Pelosok Desa
0 Response to "Salah Persepsi Orang Miskin"
Post a Comment