105 Tahun yang lalu, atau tepatnya
tanggal 20 Mei 1908, lahir sebuah organisasi yang diprakarsai sekelompok pemuda
bangsa. Mereka menamakannya dengan Boedi Uetomo. Dalam perkembangannya, hanya
dalam hitungan 6 bulan saja, Boedi Uetomo sudah memiliki 7 cabang di berbagai
kota di Indonesia, yakni Batavia (sekarang Jakarta), Bogor,
Bandung, Magelang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ponorogo.
Lahirnya Boedi Uetomo juga memunculkan kesadaraan untuk
memperjuangkan kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah
muncul selama masa penjajahan. Anak-anak muda, bersatu-padu dan bergerak
membangkitkan rasa dan semangat persatuan dan nasionalisme, untuk mengeluarkan
bangsa yang besar ini dari penjajahan.
Kini, telah lebih dari 1 abad berlalu. Sejarah perjuangan
Boedi Uetomo telah digoreskan dengan tinta emas dan catatan gilang demilang.
Sekarang ini memang tidak ada penjajahan secara fisik bagi rakyat Indonesia.
Namun kejahatan dan dusta yang dilakoni para pemegang jabatan publik di Negeri
ini kian rakus dan menjelma menjadi virus ganas.
Musuh kita sekarang adalah korupsi. Penjajah kita saat ini
adalah para koruptor yang menggunakan kewenangannya untuk memperkaya dirinya
sendiri. Rakyat dibiarkan kelaparan, kemiskinan dijadikan alat politik untuk
melanggengkan kekuasaan, anak-anak di pelosok desa dibiarkan putus sekolah agar
tidak mengancam kekuasaannya. Persis seperti perilaku Fir’aun yang hendak
membunuh semua pemuda di Negerinya.
Yang perlu kita ketahui adalah elit-elit durjana itu tidak melakukan dusta dan kejahatan sendirian. Mereka berusaha membujuk dan menjerat banyak pihak agar kerjasama dengannya. Yang diharapkan adalah kondisi saling mengunci (interlocking) agar kejahatan tertutupi. Artinya, bila ada yang berani ungkap kejahatannya, maka dia akan segera mengancam untuk membongkar kejahatan elit-elit lain (mutual disclosure). Dengan cara itulah kejahatan dan kekuasaan dilanggengkan.
Tentulah kita tidak ingin kejahatan seperti itu langgeng berkeliaran di Republik ini. Butuh anak-anak muda yang tangguh dan mampu berkreasi untuk menuntun perjalanan bangsa ini. Berkarya dengan moral yang kokoh, dan menciptakan sejarah lewat kerja-kerja nyata. Karena Sejarah itu tidak diciptakan oleh orang lain, tapi oleh diri kita masing-masing. Sejarah itu juga tidak ditentukan oleh hebatnya narasi, tapi oleh besarnya kontribusi yang nyata. Sejarah besar Indonesia tidak mustahil tercipta bila semua kita berlomba menjadi kontributor kebaikan, bukan menjadi penjaja omongan besar yang membohongi dan melenakan. Ayo Bangkit Bangsaku…
Adhi Azfar
Direktur Munashoroh Indonesia
0 Response to "HARI KEBANGKITAN NASIONAL"
Post a Comment