Saat hijrah, semua orang tahu bahwa Abdurrahman
bin Auf ditawari rumah, tanah, dan perkebunan secara cuma-cuma oleh kaum anshor,
sebagai wujud persaudaraan muslim. Namun saudagar kaya itu dengan tegas menolak
segala tawaran tersebut. Beliau hanya minta satu hal, “Tunjukkan kepadaku
dimana pasar,” begitu ujarnya.
Mengapa Abdurrahman bin Auf menolak segala tawaran menggiurkan itu? Setidaknya ada dua hikmah yang bisa kita ambil. Pertama ia ingin mengatakan bahwa semua rezeki yang ia dapatkan hanya bergantung kepada Allah SWT lewat usaha yang ia lakukan. Kedua, Abdurrahman bin Auf ingin mengajarkan kepada kita bahwa seorang mukmin “haram” hukumnya menjadi pemalas. Ia punya skill (keahlian) yang baik di bidang bisnis, niaga ataupun perdagangan. Karena itu, beliau hanya minta ditunjukkan tempat perdagangan, yakni pasar.
Tidak begitu lama setelah itu, pasar
di Madinah berhasil dikuasainya. Dalam sebuah riwayat dijabarkan bahwa, suatu
ketika di Madinah terlihat debu tebal yang mengepul ke udara dari tempat
ketinggian di batas kota, debu itu semakin tinggi bergumpal-gumpal hingga
nyaris menutup pandangan mata.
Peristiwa itu menjadikan penduduk
sempat salah tanggap. Dikira ada angin ribut yang akan menyapu dan menerbangkan
pasir. Tak lama kemudian terdengarlah suara hiruk pikuk, yang memberi tanda
bahwa ada kafilah besar yang sedang menuju pusat Madinah. Ternyata, tidak
kurang dari 700 kendaraan yang sarat muatan memenuhi jalan-jalan kota Madinah.
Itulah kafilah Abdurrahman bin Auf.
Ternyata 700 kendaraan itu tak
sampai kerumah Abdurrahman bin Auf. Segera beliau berkata, “Kafilah ini dengan
semua muatannya berikut kendaraan dan perlengkapannya, kupersembahkan di jalan
Allah SWT.” Lalu dibagikanlah seluruh hasil perniagaan Abdurrahman bin Auf itu
kepada seluruh penduduk Madinah.#
0 Response to "Abdurrahman Bin Auf, "Tunjukan kepadaku Pasar....""
Post a Comment