Soal jadi Juara Kelas, Neng Asri
adalah langganannya. Lahir di pelosok desa bernama Kampung Cibagolo, Eneng
(demikian dia disapa) nyaris tak pernah turun dari posisi terbaik di kelasnya.
Bukan hanya menjadi juara kelas, sejak SD kelas 3 hingga kelas 6, Eneng juga sering
menjadi Juara Umum di sekolahnya.
Anak ke-8 dari 11 bersaudara ini
sekarang telah menginjak kelas 2 MTs Bojong di Desa Cililitan, Kecamatan
Picung, Pandeglang, Banten. Dari sederetan prestasi di sekolah formal yang
diraihnya, Eneng tidak pernah melupakan kewajibannya untuk belajar agama. Apalagi
sejak Yayasan Munashoroh Indonesia (YMI) mendirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an
(TPA) untuk tingkat SD, SMP dan SMU, Eneng begitu aktif mengaji dan menghafal
Al-Qur’an.
Saat ini, di usia yang menginjak 14
tahun, putri pasangan Sadikin dan Ikah ini sudah menghafal setengah Juz
Al-Qur’an (Juz 30). Memang, dibanding anak-anak kota yang dekat dengan segala
kemudahan untuk belajar dan mengaji, ukuran hafalan Al-Qur’an Eneng belumlah
seberapa. Namun perlu diingat, segala keterbatasan dimiliki Eneng yang Ayahnya
bekerja sebagai kuli panggul di pasar dengan upah Rp.30.000/hari, penghasilan
Ibu yang bekerja sebagai buruh cuci dengan upah Rp.10.000/hari, serta keadaan
rumah berukuran 6x8 meter untuk dihuni 13 orang (Ada 10 saudara adik-kakak dan
kedua orang tua), kemampuan hafalannya tentu menjadi prestasi tersendiri bagi
gadis desa ini.
Insya Allah, lewat bimbingan guru
TPA Munashoroh, kerja keras Eneng, dukungan orang tua asuhnya dan komitmen pengurus
YMI, tekad untuk melahirkan penghafal Al-Qur’an dari anak-anak kampung Cibagolo
akan segera terealisasi. Amin.#
No comments:
Post a Comment